Minggu, 25 Juli 2010

Sepenggal kisah "Sahabat Sejati"

Agar kebersamaan kelompok A ini tidak berakhir begitu saja, mohon teman-teman sudilah selalu berkirim kabar kepadaku, insya allah kabar dari kalian akan selalu aku rangkum untuk secara berkala aku kabarkan ke anggota kelompok A yang lain. Rekan –rekan bisa menghubungi aku lewat:
1. Telephone : 0274-9177766 atau HP: 081328289911
2. Surat ke alamat : Tebon XIV RT 03/31 Sidoluhur Godean Sleman
3. E-mail : widagdo.skep@yahoo.co.id
Mohon kalian berikan alamat kalian.


Sepenggal kisah senantiasa berganti dalam hidup ini. Episode “Pendidikan Profesi Ners” hampir berakhir. Akan ada kisah-kisah baru yang akan kita jalani. Sungguh berat melepas kebersamaan ini. Banyak suka duka telah kita jalani. Aku sebagai yang tertua telah lebih banyak menjalani episode kehidupan, saat ini merasa takut tuk kembali kehilangan. Kehilangan “sahabat-sahabat sejati” yang tak tergantikan.
Dalam kehidupanku aku pernah merasakan kebersamaan yang mendalam dalam episode kuliah “D-III keperawatan dan S 1 Keperawatan”. Segala kebersamaan yang telah kami jalani menjadi tak berarti lagi ketika kami terpisah jarak dan waktu. Hanya sedikit yang masih saling berkirim kabar. Sungguh tak banyak orang yang menghargai sebuah kenangan.
Para sahabat sejatiku: Arsi, Atul, Debi, Rahma, Nona, Zoom, kalian telah banyak memberikan warna dalam hidupku. Kadang kita sombong, kadang kita acuh, terkadang pula kita terlihat sebagai “anak manis” yang baik. Kadang kita bolos bareng-bareng, kompak ndak ngumpulin tugas ataupun kebengalan-kebengalan yang lain. Yakinlah, itu semua sebagai sebuah tahap perkembangan yang harus kita lalui dalam masa “dewasa muda” yang mana tahap ini terlupakan oleh teori Erikson.
Sebagai laki-laki mungkin aku tegar, tapi yakinlah sejujurnya terkadang aku menangis, berlinang air mata ini. Tidak karena tersia-sia atau kecewa oleh wanita ataupun tersakiti perasaan oleh orang lain. Bukan, bukan itu yang membuatku tersentuh. Tapi “persahabatan” lah yang dapat membuatku tersentuh. Keikhlasan sahabat untuk berbagi suka maupun duka adalah sembilu yang menyayat hatiku. Jujur saja aku selalu meneteskan air mata tiap kali mendengar lagu SHEILA ON 7 dari Mp-3 komputer bututku ataupun computer tempat kerjaku yang berjudul “Sahabat Sejati”.
Sahabat sejatiku hilangkah dari ingatanmu dihari kita saling berbagi. Dengan kota sejuta mimpi aku datang menghampirimu. Tuk perlihatkan semua hartaku. Kita slalu berpendapat kita ini yang terhebat. Kesombongan dimasa muda yang indah. Aku raja kaupun raja, aku hitam kaupun hitam. Tapi teman lebih dari sekedar materi. Pegang pundakku jangan pernah lepaskan. Bila ku mulai lelah, lelah dan tak bersinar. Remas sayapku jangan pernah lepaskan. Bila ku ingin terbang, terbang meninggalkanmu. Aku slalu mengekangmu, kaupun slalu menyanjungku. Aku dan kamu darah abadi. Demi bermain bersama kita luangkan sgalanya. Merdeka kita, kita merdeka…………….
Harapanku episode “Pendidikan Profesi Ners” ini menjadi suatu rangkaian awal dari sebuah kisah panjang berikutnya, meskipun 7 tokoh utamanya akan menjadi tokoh-tokoh baru dalam kisahnya masing-masing. Satu pintaku, jangan lupakan aku yang di Jogja, kota yang telah memberimu banyak kenangan, kota yang telah menjadi tempat pengambilan gambar dalam perjalanan hidupmu sejak 2003 bahkan 2002 untuk Zoom. Aku mohon dengan sangat untuk kalian selalu berkirim kabar, syukur secara berkala selalu mengabarkan segala keadaan maupun kisah baru yang telah kalian jalani. Aku punya keyakinan dari kelompok kita ini aka muncul orang-orang sukses, aku belum tau siapa itu meskipun aku sudah dapat menebaknya. Ingatkah kalian bahwa kita selalu ada dalam bayang-bayang angka “3”. Berawal dari IP kita yang semuanya diatas 3, ada 3 perempuan dalam setiap kelompok kecil kita, ada 3 wanita berjilbab besar (sunah) dalam kelompok kita, ada 3 orang yang kebangetan suka bolosnya, ingatkah kalian ada 3 orang pula yang suka nggak ngumpulin laporan. Yang palim ekstrim kita mulai pendidikan profesi pada tanggal 3 dibangsal kelas III dan berakhir pula pada tanggal 3 setelah jam 3 sore. Tepat 1 tahun 1 bulan kita jalani episode ini.
Dari semua stase yang kita jalani, sepertinya stase “Jiwa” yang paling berkesan bagi seorang Agus Haryanto Widagdo. Bukan karena aku berkecimpung di keperawatan jiwa, tapi disitulah aku bisa melihat karakter sesunguhnya dari teman-teman. Aku bisa melihat bagai mana kalian bersikap ketika menghadapi berbagai persoalan yang menjadi kompleks saat kita stase “Jiwa”. Kecerdasan emosilah yang banyak berperan saat itu. Namun ku akui terkadang “kecerdikan” juga dapat menyelamatkan kita.
Pesanku buat Nona agar lebih bisa mengendalikan diri. Kontrol emosimu cukup baik ketika di stase klinik, namun nampak kurang control ketika di stase jiwa. Nampak kamu kurang mempu menghadapi masalah yang kompleks. Untuk Debi dan Rahma kalian juga ndak percaya diri untuk mengambil sebuah keputusan penting ketika banyak persoalan menghadang anda. Di stase jiwa itu nampak sekali dari kalian. Bagi Atul, kepolosanmu terkadang bikin teman tidak lagi bisa mengelak dari kejaran dosen. Zoom, ternyata kamu lihai juga untuk membolos……… Paling banyak bolos tidak ketahuan adalah Zoom dan Nona, baru aku yang nomor tiga. Zoom, Nona, bisa-bisanya kalian ndak ngumpulin laporan pada 2 perseptor!!! Arsi, menurutku tipikal paling dekat dengan tipe ku. Kadang kami diselamatkan oleh sebuah kecerdikan dan kebolehan bersilat lidah…..

“Masa lalu adalah yang mendewasakan dirimu, tapi masa lalu janganlah membebani dirimu. Masa depan adalah impian, orang yang tidak punya impian adalah orang tanpa masa depan”

Jumat, 09 Juli 2010

nasihat...

"Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kau sedang belajar tentang KETULUSAN. Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kau sedang belajar KEIKHLASAN. Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kau sedang belajar MEMAAFKAN. Ketika kua harus lelah dan kecewa maka saat itu kau sedang belajar tentang KESUNGGUHAN. Ketika kau merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kau sedang belajar tentang KETANGGUHAN. Ketika kau harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung maka saat itu kau sedang belajar tentang KEMURAHAN hati "
nasihat dari Ibu Ria.....

Senin, 05 Juli 2010

PEMIMPIN

Tiga anak remaja tampak bersemangat berjalan beriringan dengan ayah mereka di sebuah jalan desa yang dikelilingi tumbuhan nan hijau. Sesekali, mereka tampak berhenti sebentar untuk istirahat, kemudian berjalan lagi.

Di sebuah pertigaan jalan, tiba-tiba mereka berhenti. Salah seorang dari mereka berujar, “Yah, kita ke arah mana?”

Yang ditanya tidak langsung menjawab. Sang ayah seperti memberi ruang kepada anak-anaknya untuk berekspresi. “Menurut kamu, kira-kira kemana?” ujar sang ayah kemudian.

Gaya sang ayah yang mereka cintai ini memang bukan hal baru buat mereka. Selalu saja, sang ayah akan melempar balik sebuah pertanyaan yang sangat berkait dengan kematangan analisa dan pengalaman.

“Kayaknya ke kiri deh, Yah!” ucap si bungsu tiba-tiba. Ia juga menjelaskan kalau jalan ke kiri itu jalan menuju puncak bukit yang mereka tuju. Tapi, si bungsu masih belum yakin.

“Kalau menurutku, ke kanan!” ucap si sulung kemudian. “Coba lihat beberapa petani yang memikul hasil panen mereka. Mereka datang dari arah kanan kita kan! Itu artinya, mereka tidak mungkin membawa hasil panen mereka ke bukit, tapi ke arah pasar yang letaknya pasti di bawah,” jelas si sulung begitu argumentatif.

“Menurutmu gimana, Nak?” tanya sang ayah ke anak yang tengah. Ia tampak berpikir sebentar, dan kemudian mengangguk-angguk. “Aku setuju dengan yang arah kanan!” ucapnya kemudian. Mereka pun berjalan menuju arah kanan.

Tiba-tiba, si bungsu berucap dalam sela-sela perjalanan mereka yang tampak begitu mengasyikkan. “Yah, kenapa sih tidak ayah kasih tahu aja. Kan ini bukan yang pertama kali ayah menuju bukit itu?”

Tiba-tiba langkah sang ayah berhenti, yang kemudian diikuti oleh ketiga anaknya. Ia menarik nafas dalam untuk selanjutnya menatap ketiga anaknya dengan senyum. “Anakku,” ucap sang ayah. “Ayah menginginkan kalian kelak menjadi pemimpin yang baik, bukan sekedar pengikut yang baik,” ucap singkat ayah yang kemudian diiringi dengan langkahnya.

**
Dalam dinamika organisasi yang sehat, dalam bentuk apa pun sebuah organisasi, seorang pemimpin yang baik bukan berarti orang yang piawai menelorkan pengikut-pengikut yang setia (taqlid).

Seorang pemimpin yang baik adalah orang yang mampu menyiapkan pemimpin-pemimpin baru yang akan menggantikannya esok. (muhammadnuh@eramuslim.com)